Sewaktu tinggal di USA, suatu malam ada insiden tak terduga di kompleks apartemen kami. Seorang wanita menjadi korban pelecehan seksual parah alias diperkosa ketika pulang ke apartemennya, yang tak begitu jauh dari apartemenku.
Berita ini bikin gempar hingga kami disamperin polisi buat ditanya-tanya.
Tiba-tiba saja suasana apartemen yang homey jadi mencekam, terutama ketika sudah larut. Aku sampai paranoid dan mastiin bener-bener sudah kunci pintu depan dan belakang kalau lagi di apartemen. Karena masih merasa horor, suatu malam aku ikut dua teman priaku keluar karena aku benar-benar tak mau berada di apartemen sendirian.
Ketika berjalan kaki pulang, entah apa yang kami obrolin, tiba-tiba saja salah satu teman lelakiku menendang pantatku dari belakang. Tidak sakit namun sesuatu membara dari dalam hatiku dan membuatku histeris. Aku berbalik badan, memarahinya, memakinya dan tiba-tiba aku menangis, tak mampu mengendalikan diriku.
Dia kaget. Aku lebih kaget lagi. Aku tipe yang selalu ceria dan tak pernah marah. Tak kusangka tindakan dia membuatku menyadari bahwa ada unfinished business yang belum jua usai.
Aku pulang berderai air mata dan terduduk di samping toilet. Sang pria minta maaf berkali-kali dan bilang itu hanya bercanda. Jauh di lubuk hatiku aku tahu dia tak berniat melecehkan. Dia datang dari negara yang budayanya punya banyak rekam jejak yang buruk tentang isu kekerasan seksual pada wanita. Mungkin baginya tindakan seperti itu hanyalah sepele, meski di aku jatuhnya seperti membangkitkan kenangan pahit yang terkubur.
Aku pernah dilecehkan di angkot ketika di Jambi. Waktu itu kejadiannya masih SMA ketika berangkat sekolah. Pria di sampingku meraba-raba paha bawahku. Aku tak bergeming, tak berani melawan. Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah turun dari angkot. Perasaan direndahkan dan tak berdaya tersebut menghantui dan tak ku sangka lukanya masih mengangga. Efeknya, aku udah hampir tak pernah naik angkot lagi apalagi kalau sendiri. Aku juga tetap panik kalau di kereta berdempet-dempetan dengan pria. Bayangan masa lalu itu seakan terulang lagi di depan mata.
Aku rasa aku tak sendiri. Beberapa teman juga ikut curhat :
Bahkan ada yang pelakunya teman sendiri atau lingkungan terdekat yang justru makin membuat korban tak bisa menceritakannya ke siapa-siapa :
Pelecehan seksual apapun itu bentuknya tidak mengenal usia, fisik, ras dan bahkan jenis kelamin. Selama ini yang sering muncul ke permukaan adalah para wanita sebagai korban. Tapi ternyata ada juga korbannya yang pria loh. Ini kasusnya ketika dia masih SMP di mall dan para pelakunya gerombolan cewek anak SMA yang berawal dari saling lirik, menggoda lalu disamperin :
Meski melewati serangkaian trauma masa lalu, tak menyangka akhirnya pria ini bisa bangkit dan malah sudah master dan menjadi psikolog khusus anak-anak. Bravo!
Emang awalnya driven by pain, namun kini dia pasti bisa menjadi inspirator bagi orang lain. Semoga dengan seringnya kita bersuara tentang hal ini, masyarakat tidak memandang sebelah mata perihal beginian yah. Soalnya sering banget cuma dikatain “Namanya juga anak-anak”,”Biasalah cowok”,”Gitu aja gak usah lebay lah” dll sehingga cenderung membuat korban akhirnya bungkam dan memendam semua itu, tanpa pernah mendapatkan pengobatan atas luka batinnya.
Ujung-ujungnya, bom waktu seperti kasusku di atas. Ada juga teman yang meski sudah kejadiannya lama dan sudah punya anak 1, kerap bermimpi kejadian dulu. Itu artinya secara alam bawah sadar, sebegitu maha dahsyatnya pelecehan itu pada tingkat kewarasan manusia. Jadi jangan pernah mengecilkan masalah yang berkaitan dengan pelecehan seksual.
Perang terhadap pelecehan seksual ini harus juga dibantu dari kubu sebelah, yakni para pria karena pada prakteknya kehadiran seseorang yang mencegah/menolong di saat genting itu bak limpahan air surga. Syukurlah beberapa orang juga mau berbagi tentang apa yang telah mereka lakukan.
We need more man like this please!
And this
And of course this one
Akhir kata, jaga diri kalian baik-baik, jangan takut untuk melawan dan berbagi tentang apa yang telah menimpamu. Untuk para pria di luar sana, sekilas pesanku yah.
Untuk para korban pelecehan seksual baik wanita dan pria, ingatlah kamu tak salah. Pakaianmu tidak pernah salah. Make up tak pernah salah. Otak para pelaku tersebutlah yang salah…and please remember you are never be alone. Let’s heal together!
Ada yang pernah menjadi korban pelecehan seksual?
**
NEXT : Nginap di hutan untuk ketemu Orang Rimba
NEXT : Berenang di Infinity pool
**
NEXT : Kalau hidung mampet / pas covid ga bisa nyium bau, coba pake sterimar nasal spray.
NEXT : Sedot eek kuping penyebab telinga berdenging
NEXT : Facial di Erha
Sebenernya aku gak pernah alamin langsung. Tapi dulu waktu dulu pulang kampus, di Halte Busway depan Trisakti, ada cowok masa ngemper terus nunjukkin anu nya. Gila, aku sama temenku kaget, langsung buru-buru lewatin itu orang. Pernah juga sih di busway, liat cewek pinggangnya dipegang cowo gtu. Makanya akutu kalo naik transpot umum kudu rapet semua (pake masker, jaket, dll) plus pasang muka jutek.
Syukurlah kalau belum pernah kejadian di kamu irene..jangan sampai dah.
Aku kalau di angkutan umum dan sendiri, selalu di area girls only, just to be safe meski harus ngelawan emak-emak ganas gpp dah.
Halo ka, makasih banget yaa untuk tulisannya.
Aku ngerasain ini banget, ada mantan pelatih nyetir aku sms2 aku terus dan kirim surat ga berhenti2 yg sangat menakutkan bagiku. Mau sekalian nanya? Apa hal2 seperti ini bisa dipidanakan yaa, walau buktinya hanya sms dan surat2 yang ia kirim. Terima kasih ka
Hi Diana,
Seharusnya sih bisa yah. Pokoknya disimpen aja buat jaga-jaga. Semoga hal menakutkan seperti itu tidak terjadi lagi yah.
Stay safe!