Seharusnya ini trip yang sangat bahagia dan telah dinanti-nantikan. Namun aku hanya bisa berencana, haid-ku lah yang menentukan. Dari itinerary, aku sudah tahu bakal nginep di dua hotel mewah Jogja ; Plataran Borobudur dan Royal Ambarrukmo.
Ketika tiba di Jogja, hari sudah sore. Aku dan tim rombongan langsung menuju ke Plataran Borobudur dengan bus. Saat itu aku udah was-was karena baru saja datang bulan. Di bus, aku duduk macam orang cacingan dan gusar sekali. Begitu tiba di Plataran Borobudur, aku langsung ngacir ke WC. Untungnya suasana hotel kalau malam cuma ada lampu kuning temaram ala ala romantis gitu. Baguslah. Jadi kalau aku tembus, gak gitu keliatan. Tapi karena gelap juga, aku kurang jelas liat bangunan hotel gimana. Yang jelas impresinya sih megah dan ekslusif serta di sekelilingnya sawah dan alam yang asri.
Makan malam berlangsung nikmat karena sudah kelaperan dan pas pula ada bakso. Jarang-jarang ada hotel bisa bikin bakso rasa abang-abang tepi jalan yang lezat. Yah sudah aku tambah terus. Kalau gak ingat haidku makin banyak, maka aku pun pasti masih pengen lama-lama di bawah. Tapi karena sudah kritis, aku pun langsung ke kamar dan mandi.
Di situlah mimpi buruk dimulai. Gumpalan darah sebesar ati ayam bercucuran dari selangkangan ke paha, betis hingga jatuh di lantai marmer. Warna putih yang jadi ciri khas Plataran Borobudur ini membuat darahku makin tampak kontras. Air mata dan air shower yang keluar dari pancuran sudah tidak ada bedanya lagi. Walau bukan pertama kalinya begini, namun tiap kali haidku jadi super banyak begini, tak ada yang bisa kulakukan selain menangisi dan mengasihani diri sendiri.
Mungkin aku kecapekan karena trip intense dari seminggu ini bikin aku kurang tidur meskipun bahagia sekali menjalaninya.
Mungkin karena hari pertama aja begini.
Mungkin tar lagi juga berhenti dan jadi normal.
Mungkin besok bangun tidur juga udah reda.
…dan semua mungkin-mungkin di kepala aku jejalin agar pikiran tidak makin kalut yang mana kalau semakin stress makin banyak pula keluar darahnya. Lingkaran setan emang!
Aku menyelesaikan mandiku cepat-cepat karena tak tahan melihat banyak darah. Lagian kasihan, Tracy, roomateku butuh mandi juga. Selesai mandi, aku membongkar stok obatku dan kuminum obat penghenti darah yang biasa kutelan pahitnya di saat-saat urgent seperti ini.
Aku langsung masuk ke dalam selimut dan melihat jam. Kurang dari 5 jam lagi, aku harus sudah bangun karena tur sunrise ke Borobudur memang butuh persiapan pagi-pagi buta.
“Bisakah aku pergi dengan kondisi begini?” gumamku.
Aku menimbang-nimbang segala opsi yang ada sambil terus merasakan aliran darah yang tak berhenti dari rahimku. Aku coba telan satu buah pil penghenti darah lagi agar kerjanya lebih ligat. Namun hingga sejam berlalu, feelingku mengatakan bahwa aku tak baik-baik saja. Aku tak akan bisa ke Borobudur. Persetan semua itu! Bahkan untuk keluar kamar saja aku sudah tak mampu. Aku tak bisa jauh dari toilet beberapa menit sekali untuk membuang semua darah ini, jika tak ingin menodai seprei mahal hotel mewah ini. Belum lagi ritual mengganti pembalut membuatku muak.
Ketika sudah tiba jamnya untuk berkumpul di lobi, Tracy mengajakku turun. Seketika itu pulalah, benteng pertahananku jebol. Aku menangis sesungukan dan meminta ia menyampaikan pada semua tim bahwa aku mohon maaf belum bisa ikut dikarenakan haidku. Aku tak tahu apakah Tracy mengerti kondisiku atau tidak. Kelainan ini memang masih agak jarang dan bisa saja ia berpikir aku terlalu mengada-ada. Tapi sepertinya Tracy berusaha memaklumi dan ia pun pergi. Aku tak bisa lagi melanjutkan tidurku. Rasa bersalah menyelimuti diriku. Belum lagi kecemasan akan esok hari menjadi semakin kelabu karena kami harus pindah hotel.
Pagi harinya, aku bangun dengan lunglai. Aku harus makan pagi meskipun tidak selera agar dapat terus mengonsumsi obatku. Namun breakfast di resto tentu bukan pilihan. Aku pun minta tolong room service agar mengantarkan English Breakfast. Saking sudah frustasinya, aku makan beberapa dessert sambil duduk di atas toilet sehingga darah ini bisa dikeluarkan kapan saja.
Mataku membengkak, muka pucat kurang darah dan lusuh sekali. Aku mulai packing barang-barangku dan setelah berembuk dengan koordinator, maka kuputuskan segera checkout dan checkin ke Royal Ambarrukmo. Meskpin belum jamnya, untungnya diizinkan, mungkin karena sudah diinfokan kondisiku. Terus karena tahu aku lagi gak sehat, resepsionisnya nelpon deh ke kamar nanyain perlu dokter gak, mau dibawain minuman apa, dll. Duh sendirian di kamar dan lagi sekarat gini malah dikasih perhatian. Gimana gak baper coba 🙁
Untungnya aku nitip temen buat nyariin obat lain yang lebih ampuh. Terakhir di Plataran Borobudur, aku sampai minum 4 pil penghenti darah dan gak ada efeknya. Aku takut overdosis dan kasian ginjalku tar. Setelah ganti obat dan istirahat seharian sambil berusaha menenangkan diri, barulah sorenya baikan. Haid masih ada tapi sudah lebih wajar, bukan kayak orang pendarahan akut. Aku mulai bisa merasakan dan menghargai nyamannya kamar bintang lima ini. Aku juga sempat keluar ke balkon kamar dan mandangin kolam renang dan taman hotel. Pengen banget nyebur pake bikini tapi orang-orang bisa histeris tar.
Esok sorenya, barulah aku bisa ikutan lagi sama temen-temen karena toh aktivitasnya di samping Royal Ambarrukmo sih ehe. Jadi ini hotel emang punya banyak harta karun dan nilai sejarah. Tak heran jika di sampingnya ada Pendopo Agung dan Bale Kambang, yang dulunya menjadi tempat pemandian keluarga Sultan. Ohya ini dibuka untuk umum juga yah.
Setelah liat-liat, kami ikut Patehan, sesi minum teh ala keraton di Pendopo Agung. Sebenarnya teh dan sajian kue-kuenya standar aja, tapi yang spesial karena yang menyajikannya pakai pakaian tradisional layaknya abdi dalem. Lalu cara menyajikannya juga pake ala tata krama keraton yang jongkok jinjit-jinjit gitu sehingga berasanya kami jadi anak sultan deh sejam itu.
Terakhir, mbak-mbaknya ngajarin menari. Awalnya kirain mudah ternyata banyak gerakan yang butuh ketelitian dan ampun badanku yang kaku bak kanebo ini kewalahan deh ngikutin luwesnya mbak-mbak itu. Setelahnya, aku masih melewatkan 2 hari di Royal Ambarrukmo. Yang berkesan lagi adalah breakfastnya yaitu kue-kueannya yang enak-enak. Jadi penasaran apakah mereka bikin sendiri yah tuh semua pastrynya? Rasanya pas banget gitu.
Terus aku dan temen-temen juga suka nongkrong di cafe di lobinya. Yha minumlah, yha makan gelatonya lah sambil ngeliatin bell boy atau staffnya yang berpakaian ala prajurit keraton gitu. Lawas tapi sangat mengayomi. Keramahan wong Jogja sangat tercitrakan dari para staf hotel ini.
Kalau suatu saat aku kembali lagi ke Jogja, ingin rasanya napak tilas dengan nginep di dua hotel mewah jogja ini.
Biar malam-malam penuh kesedihan itu tergantikan dengan kenangan penuh canda, tawa dan bahagia.
Semoga masih diberikan nafas dan kesehatan.
**
****
Belanja baju keren & murah di shopee ini yah.
****
NEXT : Glamping Sukabumi dengan tenda ala Native American
NEXT : Hotel Kontainer Unik di Jakarta
NEXT : Sedot eek kuping penyebab telinga berdenging
NEXT : Facial di Erha
Sungguh menyiksa ya ce sakit di saat yang kurang tepat, semoga sekarang nggak kambuh lagi ya…
Untung masih bisa ikutan acara yg di Ambarrukmo 🙂
Iya haidnya mungkin pengen jalan-jalan juga ehe