Bapak Mahyudin Hafsah – atau nama bekennya Udin – adalah sang pemilik homestay Bunga Bakau yang berperawakan tinggi kurus. Aku pertama kali berjumpa dengannya di depan rumah birunya yang berpagar hijau, persis seperti kebanyakan rumah lainnya di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu Jakarta. Tak jauh di samping depannya ada tukang bakso yang menjajakan dagangannya. Terkadang jika tauge, sawi atau sayur lainnya tidak habis di hari itu, si ibu penjual bakso lantas memasukkannya ke dalam sebuah tangki besar di depan halaman pak Udin. Awalnya kukira itu tempat pembuangan sampah bersama. Namun kenapa tempatnya besar sekali? Atau mungkin itu tempat membuat pupuk kompos?
Barulah ketika dijelaskan, aku menjadi terkagum-kagum karena pak Udin punya alat hebat yang bahkan belum ada di kantong Doraemon yaitu Biodigester alias alat pengubah sampah organik menjadi gas.
Toeng! Sakti Mandraguna yah?
Jadi dari dalam tangki berwarna hijau ini sayur-sayuran akan dibusukkan oleh bakteri lalu hasilnya akan dihantarkan oleh sebuah pipa kecil yang terhubung langsung ke dapur pak Udin. Untuk sayur-sayuran, biar lebih banyak gasnya paling bagus lagi yang dimasukin itu kubis, kacang panjang, tauge yang memiliki kandungan tinggi gas. Wah kalau gitu harusnya yang jualan di dekat rumah Pak Udin itu pedagang gado-gado atau ketoprak!
Menurut pak Udin, alat penghasil energi terbarukan berupa gas ini dapat dipakai untuk memasak hingga dua jam.
Setelah dari rumah Pak Udin, aku melihat bank sampah. Aku sebagai sampah masyarkat merasa terpanggil untuk menyaksikan langsung bagaimana kampung ini mengolah barang yang sudah tak diinginkan menjadi barang yang memiliki nilai jual. Pertama-tama barang-barang yang dikumpulkan dipisahkan dulu untuk melihat mana yang masih bisa didaur ulang dengan barang yang memang sudah tak bisa lagi diapa-apain. Yang masih bisa didaur ulang lalu dijadikan mainan, gantungan, kunci, tas, atau apapun itu sehingga bisa dijual lagi sebagai oleh-oleh ataupun kerajinan.
Yang aku salut adalah masyarakat di Pulau Pramuka ini sangat suportif. Jika ada barang yang bisa didaur ulang seperti botol plastik, mereka suka rela memberikannya ke bank ini untuk diolah. Sedangkan di rumah masing-masing, mereka juga telah mengadopsi cara membuang sampah yang baik dengan membuat lubang kompos. Bentuknya cuma se-pipa paralon biasa tapi agak dalam. Nah sisa makanan nantinya tinggal dibuang ke lubang ini dan nantinya bisa menjadi kompos buat tanaman mereka. Terus mereka juga punya kebun mini di sekitar lingkungan mereka sebagai sumber bahan pangan.
Aiih pada pinter-pinter yah? Penasaran gak siapa yang ngajar-ngajarin mereka ini? Sosok di balik semua ini adalah Ibu Mahariah, seorang guru dan tokoh masyarakat yang sangat peduli akan permasalahan lingkungan, khususnya yang terkait dengan sampah.
Jarang-jarang loh aku menemui perempuan yang menjadi pemimpin. Dari awal mendengar pidato si ibu yang berapi-api, aku tahu Pulau Pramuka bakal berkembang pesat di bawah arahannya. Tim kerja ibu ini pun hampir semuanya wanita loh. Sungguh the power of emak-emak jangan pernah dianggap sebelah mata!
Target Bu Mahariah adalah menjadikan Pulau Pramuka bebas sampah. Salah satu inisiatif yang sudah dilakukan adalah dengan membuat eco brick yakni penahan ombak yang terbuat dari sisa-sisa sampah plastik yang dimasukkan ke botol minuman hingga mencapai berat 250 gram. Jadi plastik yang udah dibersihkan dan dikeringin ini dipotong kecil-kecil lalu dipisahin yang kategori keras sama lembut. Lalu setelah itu dimasukinnya selang seling gitu, keras-lembut-keras-lembut hingga mengisi setiap ruang yang ada di dalam botol.
Sorenya aku diajak main ke pantai dan melihat tanaman mangrove yang ditanam masyarakat. Tak lupa juga mengunjungi penangkaran penyu sisik dan penyu hijau. Binatang langka ini dipelihara sementara hingga mereka berkembang menjadi besar sebelum akhirnya dilepas kembali ke habitatnya di laut.
Aku tak menyangka perjalananku ke Pulau Pramuka yang tadinya hanya ingin berwisata, namun menjadi sebuah pengalaman yang membuka mata, apalagi setelah bertemu dengan Pak Udin & Ibu Mahariah. Sosok mereka yang inspiratif ini mengingatkanku bahwa di India & Thailand, sudah mulai bermunculan green jobs dari anak muda yang menciptakan kertas dari kotoran gajah, sapi dan hewan lainnya. Dengan tidak menebang pohon, bisnis go green ini tentu sangat patut didukung dan kabar baiknya, dapat diimplementasikan di semua penjuru dunia.
Di Indonesia sendiri, yang terbaru adalah gagasan dari Kang Emil selaku gubernur Jawa Barat yang membuat revolusi di bidang pertanian 4.0 di mana ia akan merekrut 5000 pemuda pemudi jabar untuk menjadi petani milenial di Garut. Dikolaborasikan dengan tenologi infus pada tanaman, maka cara ini memungkinkan penggunaan air yang jauh lebih sedikit namun dengan hasil optimal dalam green house. Panen pun akan maksimal tanpa terpengaruh cuaca dan faktor eksternal lainnya.
Dengan begini semoga semakin banyak anak muda yang tergerak berkecimpung di pekerjaan yang selaras dengan bumi serta dapat menciptakan lapangan pekerjaan secara berkelanjutan.
Karena sekecil apapun yang kita lakukan untuk mengurangi beban di bumi ini, niscaya akan berdampak besar buat masa depan semua makhluk hidup.
****
Belanja baju keren & murah di shopee ini yah.
****
NEXT : Kalau hidung mampet / pas covid ga bisa nyium bau, coba pake sterimar nasal spray.
NEXT : Sedot eek kuping penyebab telinga berdenging
NEXT : Facial di Erha
Pasti rempong banget ya bikin eco brick? Plastiknya mesti dibersihin, dikeringin dan dipotong-potong dulu ya, Kak?
Ho oh kak… perjuangan banget bikin satu eco brick itu huhuh tapi jadi makin sadar ternyata kita tuh banyak banget pemakaian plastiknya yah.
Temen kosku di Ubud, tiap hari selalu menyempatkan bikin eco brick ini. Dan memang ada banyak komunitas sejenis di Bali. Nanti klo main ke Bali aku kenalin yak hahaha
wah keren sih anak kosanmu bob? terus eco bricknya ditarok di pantai mana tuh?
pengen juga main ke sini, warga sendiri juga udah sadar dan peduli sama lingkungan mereka. mantap
Betulll partisipasi warga mah itu koentji buat keberhasilan program!
Wah! Jadi pengen kesana, lihat langsung juga. Penasaran sih mau bikin eco brick, siapa tau bisa kan kepake di rumah. Eaaak!
wkkw makanya main dong ke pulau pramuka ketemu ibu-ibu kece ini :0
Masyarakat yang sadar kebersihan lingkungan, semoga makin dijaga dengan baik ya mbak.
Iya semoga masyarakatnya terus mendukung programnya si ibu 🙂
Hahaha pengawasnya enak ya kak jobdesknya digantiin. wkwkwk
Duh jd kangen kepulauan seribu, lama ga main ke sana.
iya dia libur liatin kami doang hahah kapan terakhir ke pulau seribu?
Waah keren programnya. Setuju bgt dr sekarang memang harus mengurangi pemakaian plastik dan banyak program spt ini untuk re-use plastik biar gak jadu sampah yang tak berguna ?
Betul irham semoga program gini bisa digalakkan di banyak tempat lainnya yah :0
Salut buat buibuk yang ngerjain, padahal itu ngebosanin banget haha
ho oh ditambah perlu ketelatenan gt. Udah pernah nyobain??
Semoga aja makin banyak orang yg bisa kaya si ibuk, terutama anak muda nya ?
Betul AMIN yang kenceng-kenceng :0