Setelah lebih dari seminggu panas-panasan di Sabu, Semau, Rote & Larantuka, akhirnya berkesempatan juga nyicip bagian dari NTT yang dingin dan hijau yaitu di Fulan Fehan. Dari Kupang aku dan geng naik mobil 8 jam dengan jalanan kelok 9 nya. Sampai di kabupaten Belu, udara mulai terasa sejuk terutama malam hari. Kami menginap terlebih dahulu di Hotel Matahari yang tanpa perlu AC ataupun kipas angin tapi bagiku udah pas suhunya. Bahkan buatku tetap dingin dan aku selimutan bobonya.
Subuh-subuh jam 3 kami udah bangkit dari kubur dan berkendara sejam lagi hingga sinar matahari muncul dan menyinari bumi. Suasana gelap gulita perlahan menghilang berganti dengan pemandangan perbukitan. Di situlah aku tahu, kami sudah tiba di tempat tujuan. Tidak ada plang nama atau ucapan selamat datang. Hanya ada angin dan segerombolan kuda yang sedang merumput.
Sebuah batu yang ditata sedemikian rupa melingkar menjadi gerbang masuk ke area kuda-kuda tersebut. Aku celingak-celinguk melangkahkan kakiku ke arah kuda-kuda tersebut. Namun insting kuda itu langsung mendeteksi dan dengan cepat mengenali bau-bau manusia penuh iler sepertiku. Si kuda pun memilih kabur menjauhi kami. Begitulah terus cycle-nya. Kami mendekat, kuda menjauh. Bak mengejar gebetan yang tak kunjung melirik, aku pun nyerah.
Entah dari mana asalnya, tiba-tiba kabut asap pekat menyelimuti diriku. Cahaya ilahi seperti tak maampu menembus kabut pagi ini dan membuat jarak pandang menjadi terbatas. Aku panik mencari temanku yang lain. Kami tak ubahnya seperti anak ayam kehilangan induk yang terpencar di mana-mana mencari konten. Hanya suaralah satu-satunya menjadi petunjuk agar sang kawan tidak tersesat dan berjalan terlalu jauh. Memang tidak ada binatang buas di sini tetapi wilayah bukit ini juga kerap memiliki jurang yang tak awas mata serta ranjau taik kuda yang berserakan membuat lahan rerumputan kian subur.
Layaknya kehidupan, kabut ini berjalan begitu cepat. Ia datang hanya untuk singgah sebentar lalu melipir mengikuti arah angin. Sekali lagi aku bisa melihat jelas lanskap hijau dan teman-teman yang ternyata ada di tiap sudut sabana dengan kesibukannya masing-masing.
Tak jauh dari padang rumput ini, kami jalan lagi ke depannya dan nemu bukit dengan sisi-sisi yang dipenuhi kaktus. Sekilas mengingatkan dengan Arizona dulu dan kaktus raksasanya. Dari bukit ini juga bisa lihat pemandangan indah di bawah sana. Sedang di belakang, tampak sebuah gunung, mungkin gunung Lakaan itu. Katanya di sini juga ada benteng tujuh lapis tapi kami keker-keker dari Drone gak nemu tuh. Yah udah main di kaktus aja.. sampai tak sengaja pantatku ketusuk duri kaktus.
Kena cuma dikit karena aku langsung sadar dan ngejerit gitu. Tapi durinya lembut dan kecil-kecil gitu nempel hingga ke legging dan kolorku. Akhirnya mau gak mau dibantu teman cewekku, aku buka pantat di sini dan minta tolong diambilin durinya karena aku gak bisa liat huhuh.
Karena ini juga aku gak bisa lama-lama di sini, langsung milih balik hotel dan lepas kolor, legging dll baru deh duri itu berhembus semua. Huft! Padahal masih banyak tempat menarik di sepanjang jalan di Fulan Fehan yang bisa dieksplor. Okaylah disisain aja buat berikutnya yah.
Tips ke Fulan Fehan
- Tidak ada fasilitas di sini. Bahkan gak ada apa-apa di sini selain padang sabana, kuda, kaktus, batu dan indahnya alam Timor. Jadi siapkan bekal makanan, air minum dll.
- Tidak terlalu dingin kok jadi pake lengan panjang / jaket udah cukup. Nanti kalau matahari udah bersinar juga udah hangat.
- Jangan lupa ke toilet dulu karena bahkan rumah warga aja masih jauh. Kalau enggak yah boker di alam aja. Anggap aja barengan ama taik kuda yang bertebaran di mana-mana.
Tonton Indahnya Fulan Fehan di sini!
****
Belanja baju keren & murah di shopee ini yah.
****
NEXT : Nginap di hutan untuk ketemu Orang Rimba
NEXT : Sedot eek kuping penyebab telinga berdenging
NEXT : Facial di Erha