Koptul : Kopi Tuli Pertama di Jakarta

kopi tuli

Setelah dari Sunyi, aku dapat info tentang coffee shop pertama di Jakarta yang mempekerjakan pekerja tuli yaitu Kopi Tuli (Koptul). Awalnya Kopi Tuli emang inisiatifnya karena tiga orang pemiliknya tuli, makanya mereka membuka bisnis ini agar membantu yang senasib untuk mendapatkan kesetaraan dalam bekerja.

Karena merasa sudah diajarin basic berinteraksi dengan para tuli di Sunyi, aku tuh rencananya mau show off dikit gitu pas nanti ke Koptul. Karena aku lebih dekat ke cabang Koptul yang kedua yakni di Mampang, maka ke situlah aku siang-siang jam 1 pas mereka baru buka pas puasa. Lokasinya di ruko gitu. Pas masuk, ada dua staf, si mbak dan si mas.

Si mbak yang tadinya duduk langsung ngacir ke kasir untuk menyambutku. Dia ada ngomong sesuatu tapi tak terdengar jelas denganku, jadinya ku senyumin aja. Aku sambil liat-liat menu yang ada di kasir itu. Setelah tahu mau pesan yang apa, aku tatap matanya, lalu kuucapkan pelan agar si mbak dapat membaca gerakan mulutku.

Matahari, kataku memesan lemon tea.

Dia menganguk-anguk lalu memencet tombol di mesin kasir. Lalu ia bertanya sesuatu sambil membuat sedikit gerakan.

Ha? aku tak mengerti ia ingin berkata apa. Melihatku bengong si mbak bertanya lagi dan membuat gerakan yang sama. Aku berusaha berpikir kira-kira apa yang biasa ditanyakan ketika memesan minum.

“Minum sini,” jawabku pelan.

Dia menggeleng-geleng.

Mampus. Apa yah? Sekali lagi si mbak mengulang gerakannya seperti orang yang memeluk dirinya lalu menggosok-gosok lengannya.

“Oohh dingin mbak. Pakai es,” seruku.

Nah barulah mbaknya tersenyum. Fiuh akhirnya misteri abad ini pun terpecahkan. Si mbak lalu mencetak struk dan memberikannya kepada si mas barista yang sudah menunggu. Mas Barista pun segera membuat pesananku dalam diam.

koptul

Tak lama kemudian pesananku datang. Berhubung cafe kecil doang, mereka belum menyediakan gelas bagi minuman dingin. Tapi kalau yang panas kayak kopi ada cangkir khususnya. Selama hampir dua jam di sini belum ada satupun pengunjung kecuali aku dan temanku. Ada sih satu kurir JNE yang ketika masuk langsung tanya “Ada bapak X?” yang tentu dijawab “Ha?” oleh si mbak penjaga.

Btw meski mereka tuli namun mereka masih bisa mengeluarkan suara, cuma di kita seperti orang bergumam dan tidak jelas pelafalannya. Oleh karena itu rata-rata pasti tidak bisa menangkap maksud ucapannya. Begitupun si kurir JNE yang bingung lalu tanya lagi “Ada bapak X?”.

Si mbak pun memberikan bahasa tubuh dengan tangan kemari sambil berusaha bilang “Aku tuli.”

Akhirnya si kurir JNE mendekat dan menyerahkan amplop itu agar dibaca si mbak. Ternyata betul tempatnya di sini. Si mbak pun lantas menandatanganinya dan kurir JNE pun bisa berlalu dan pergi. Mungkin tak banyak yang tahu cafe ini hanya ada pekerja tuli, jadi mungkin sebaiknya di depan pintu ada sedikit info kali yah biar yang lain ngeh.

koptul duren tiga

Namun so far aku suka dengan suasana cafe ini karena beneran hening dan tak ada suara musik sama sekali. Mbak dan mas pekerjanya pun seringnya berkomunikasi dengan bahasa isyarat dan hampir tidak mengeluarkan suara apapun. Karena sepi banget, si mas malah naik ke lantai 2 buat gosek toilet. Daripada ngantuk-ngantuk puasa yekan.. soalnya aku pun beneran ikut mager. Satu-satunya suara yang ada di cafe ini adalah mesin kopi yang jarang nyala dan hembusan angin AC yang sepoi-sepoi membuai pipi. Rasanya seperti masuk ke duniaku sendiri, di mana berbagai pikiran bisa muncul saking damainya. Inikah yang namanya zen momen?

koptul jakarta

Ohya di sini tidak jual makanan berat, paling cuma kue/snack gitu. Tapi katanya ada yang jual nasi gitu di lantai dua jam 3 gitu. Untuk minuman, di sini tergolong murah (matahari yang kupesan 19K), cukup segar dan uniknya karena ada kode bahasa isyarat di cup minuman buat belajar sendiri. Sempat pas mau pulang, aku coba mempraktekkan “Hi, nama saya lenny. Terima kasih” dan mbaknya bisa menangkap apa yang saya bilang. Duh senengnya! Malahan dia juga kenalin dirinya. Kalau gak salah ingat namanya Aldi. Yeay! Rasanya bisa berkomunikasi simpel gini aja seperti berhasil mengalahkan tantangan sulit. Aku rasa kalau aku sering mampir, bisa jadi aku lebih ngerti apa yang mbak itu ngomong atau bisa belajar bahasa isyarat lebih banyak.

Soalnya kali kedua aku berkunjung itu malem-malem, cukup rame loh di sini mana kala itu ada kegiatan buat para anak-anak tuli di lantai atas. Lalu di bawahnya penuh sama beberapa orang yang sepertinya pegiat bahasa isyarat. Mungkin tempat ini cukup terkenal di kalangan tuli kali yah karena mereka tahu mereka bisa jadi dirinya sendiri di sini dan merasa nyaman.

Semoga bisnis koptul ini jaya selalu yah agar bisa terus menjadi “rumah” bagi para tuli. Moga kesetaraan para difabel untuk terus berkarya dapat dijunjung setinggi mungkin. Amin!

**

Karena pandemi, Kopi Tuli tutup permanen. Semoga nanti kalau kondisi sudah membaik, bisa buka lagi yah.

kopi tuli jakarta

Alamat :

Depok : Jl. Krukut Raya no 70, Limo (Senin Tutup)

Jakarta :Kindo Square A9, Duren Tiga – Jakarta Selatan (Minggu Tutup)

****

Belanja baju keren & murah di shopee ini yah.

****

Tonton videonya di sini :

**

NEXT : Kalau hidung mampet / pas covid ga bisa nyium bau, coba pake sterimar nasal spray.

NEXT : Sedot eek kuping penyebab telinga berdenging

NEXT : Facial di Erha

 

Travel Now or NEVER
4 Responses
  1. Matius Teguh Nugroho

    Oalah, aku baru tau kalo selain Sunyi masih ada lagi, malah ternyata Sunyi bukan yang pertama ya. Cuma Sunyi keunggulannya lokasi lebih strategis. Deket stasiun MRT, dan diulas akun @darihalteke_halte. Sekarang Sunyi sudah tak lagi sunyi 😀

    Di Sunyi juga murah, es kopi susu cuma Rp18.000 dan sama-sama cuma jual makanan ringan juga.

    1. Lenny Lim

      iya nugie tapi di sunyi ada difabel lain yaitu tunadaksa. Betul sama cafenya lebih go green dan IG able tempatnya. Kalau di sunyi ada makanan berat kok tenang saja 🙂

  2. Sintia Astarina

    Kak, aku baru tahu ada kedai kopi ini. Konsepnya menarik sekali. Kalau lagi main ke Jaksel, boleh nih dicoba. Thank you rekomendasinya. 😀

Leave a Reply