Buku Antalogi Cerpen Travel N Love

Travel n Love

Berawal dari mencoba keberuntungan ikutan lomba cerpen dari sebuah majalah jalan jalan baru yakni Padmagz, akhirnya mimpi saya untuk menerbitkan buku pun terwujud sudah.

Awalnya ragu juga mau ikutan karena biasanya yang saya tulis adalah tulisan non fiksi jalan jalan. Itupun masih jarang yang memasukkan unsur personal ke dalamnya. Tapi lomba ini bikin penasaran sekaligus menantang juga. Aplagi setelah dilihat hadiahnya jalan jalan ke Lombok. Wuiih! Ok coba saja. You never know!

Proses pembuatan cerpen saya yang berjudul “Jodoh Tak Sampai” ini mengambil lokasi di Wakatobi. Sengaja, karena saya ingin mengangkat unsur budaya Wakatobi yang masih kental. Harapannya yang baca nggak hanya menanggis membaca cerita karangan saya, namun juga jadi lebih tahu bahwa Wakatobi lebih dari sekedar pantai yang indah. Ohya ini cerpen bikinnya di sela sela jam kerja loh *ups*

Berikut penampakan bukunya :
Travel n Love
Di dalam buku ini, selain ada saya, ada 14 cerpen terpilih lainnya juga loh yang berhasil mengalhkan 821 peserta lainnya. Wuihh! Boleh lah yah sedikit berbangga :p

Sayangnya buku ini tidak tersedia di Gramedia namun kalau mau bisa loh pesen sama saya. Harganya Rp.50.000 + ongkir.

Syukurnya, dua tahun kemudian saya terlibat lagi dalam proyek buku. Kali ini tentang cerita saya di Arizona. Good news-nya, bukunya ada di Gramedia. Tapi boleh loh langsung beli ke saya juga. Ini cover depannya yah :

 

Buku Kompas Klass

**

NEXT : Sedot eek kuping penyebab telinga berdenging

NEXT : Facial di Erha

**

NEXT : Nginap di hutan untuk ketemu Orang Rimba

**

NEXT : Resto Burger King Seminyak Bali Yang Karyawannya Tuli

Travel Now or NEVER
17 Responses
  1. Ein

    Tahu taman gajah yang di simp.Pulai itu kak?

    Waktu kecil saya sering diajak kesana oleh Ibu. Jaman dulu ketika di Jambi belum banyak mall, Ibu membawa saya bermain di taman tersebut. Karena dulu kendaraan nggak sebanyak sekarang jadi meski lokasinya di persimpangan gitu masih tetap nyaman untuk sekedar minim ea campur atau lari-larian diantara kaki patung gajah.

    Sekarang setiap menunggu lampu merah di simp.pulai, selalu ada flashback kenangan saya dan Ibu di taman tsb.

    Btw congratulations atas bukunya kak. Mari bersua dan ngobrol kapan kakak senggang ?

  2. arie Okta

    Kak, izinkan aku bercerita,

    Sejak kecil, aku sudah berjalan-jalan walaupun belum mandiri. Sesekali ayah mengajakku ikut dengannya pergi melaut. Sekarang tak heran aku begitu akrab dengan laut.
    Pernah suatu hari aku memaksakan diri ikut pergi ke tengah laut malam hari dengan perahu motor. Yang menjadi tujuan adalah lautan wilayah Bangka Tengah tepatnya Pulau Nangka, perjalanan lebih kurang 3 jam melewati sungai dan tiba lautan. Perahu motor yang aku tumpangi tiba-tiba terombang ambing tak tentu arah. Hujan Badai menemani kami menghabiskan malam menunggu pagi. Aku yang mulai mabuk terus berharap ditengah gelap malam agar laut segera tentram. ku lihat ayahku yang bertubuh gagah sibuk menurunkan jaring-jaring penangkap ikan di tengah badai.
    Tak sanggup diterpa hujan badai malam hari, aku memutuskan berlindung di dalam rumah kapal. Ayahku masih tegar berdiri di haluan kapal sambil terus mengulur tarik jaring-jaring berharap ada ikan yang didapat.
    Ketika terbangun pagi, ku lihat laut sudah mulai sedikit tenang, tapi mendung masih menggantung tinggi. Kapal yang kami gunakan tidak bisa merapat ke pesisir pantai karena lautan yang dangkal. Aku yang masih setinggi kurang lebih satu meter harus digendong oleh ayahku karena laut yang kupikir masih terlalu dalam.
    Ketika hampir sampai pinggiran, gendongan ku dilepas oleh ayahku, dasar laut masih tak dapat ku sentuh dengan kaki menandakan laut ini masih cukup dalam dan bisa membuatku tenggelam. Ayahku tanpa banyak bicara mulai mengajari ku berenang dengan terus memposisikan agar kepala ku selalu berada diatas air. Aku yang tadinya panik perlahan-lahan mulai bisa mengapungkan diri diatas permukaan air dan sekarang aku bisa berenang walaupun hanya dengan gaya bebas.
    Sebuah pengalaman dan pelajaran berharga yang ku dapat dari seorang ayah.

    Selamat ya kak, penasaran sama isi bukunya.hehe 🙂
    Nama : Arie Oktafriyanto
    Email : [email protected]

  3. Sabil Adam

    Suatu hari di Pantai Goa Cina, dimana terbit dan tenggelamnya matahari bisa kita saksikan di tempat yang satu ini. Biarkan kita berdua larut dalam mahakarya Sang Pencipta lewat elok goresan yang tertuang pada lukisan keindahan. Senja dengan berjuta kenangan yang ada, aku dan kau berharap menjadi dua manusia yang tak takut lagi berdosa kala tubuh saling hangat berpelukan.

    Menikmati setiap alunan ombak khas laut selatan sembari menatap syahdu matahari yang mulai kembali pulang. Malam gilang gemilang, ribuan bintang membentang cemerlang. Tak susah mata kita melihat dan mengenang setiap bintang yang saling menggenapkan. Alam semesta punya banyak cara untuk memanjakan mata manusia. Begitu pula kau yang selalu hadir sederhana namun tetap mempesona. Sampai akhirnya tiba tiba terdengar bunyi yang memecah keheningan kita berdua… *TINGGGG TINGGGG TINGGG*. Ah nampaknya itu nada suara pesan instan dari grup teman teman.
    Abaikan abaikan…

    *TINGGGG TINGGGG TINGGG* sekali lagi terdengar keras di telinga, ternyata bukan nada pesan instan dari grup teman teman tapi melainkan suara alarm yg sengaja ku atur agar tak lagi terlambat kuliah pagi. Terduduk ku menggenapkan jiwa dan raga yang belum sadar secara utuh. Ternyata sedari tadi yang melingkari pikiran ini adalah kenangan kita dahulu yang terbawa mimpi. Kumatikan alarm itu sembari ku menulis pesan kerinduan untuk kau yang tadi melingkari cerita mimpi.
    Haloo Selamat pagi kasihku? Aku yg mulai memupuk rindu, bukankah kau juga begitu? Semoga kau baik baik saja disana,

    nama : Sabil Adam
    email : [email protected]

  4. Anis Antika

    Nama : Anis Antika
    Twitter : @AntikaAnis
    Email : [email protected]

    Tempat itu adalah sebuah pantai berpasir putih di Trenggalek. Tempat itu menyimpan banyak kenangan tentang masa kecilku dan keluargaku. Dulu banget saat aku dan adikku masih anak-anak [mungkin sekitar tujuh belas tahun yang lalu], kami sekeluarga pergi ke pantai itu. Malam sebelumnya aku membantu Ibu menyiapkan makanan yang akan dibawa ke pantai.

    Saat itu, seharian kami bermain bersama. Ayah mengajariku dan adik berenang. Sampai mataku terasa perih karena kemasukan air laut dan pasir pantai. Ibu mengawasi kami dari pinggir pantai sambil menyiapkan makan di tikar yang kami gelar di atas pasir putih. Setelah makan siang, kami mencari keong, mencoba menangkap ikan-ikan kecil yang warna-warni, minum es degan (kelapa muda). Kemudian memilih ikan asap yang akan kami bawa pulang untuk oleh-oleh Eyang Putri. Masa yang sungguh tak tergantikan. Sekarang ini, setiap ke pantai itu seringnya jadi ingat masa kecil dulu. Ingin kembali ke masa itu. Masa saat tawa menjadi hal yang paling menyenangkan untuk dilakukan. Masa dimana hidup seperti tanpa beban. Saat Ayah, Ibu, aku dan adik bercanda tanpa mengenal waktu. Aku sungguh merindukan masa itu.

  5. Dindahermina Rusyant

    Tempat yang paling memorable? Hmmm ada beberapa sebenarnya, tapi jika mesti pilih 1 kota saya pilih Yogyakarta. Karena kota itulah yang paling banyak menyimpan kenangan untuk saya, mulai dari piknik keluarga yg berawal ceria namun lantas harus bersedih saat harus ikut kena musibah bencana gempa yang merobohkan rumah salahsatu saudara kami disana. Lalu juga kenangan saat saya dan teman-teman sekolah ( SMP dan SMA) berkaryawisata kesana, mengunjungi museum, candi-candi, sibuk mencatat setiap informasi yang diberikan tour guide. Saat ada waktu santai langsung rame dengan acara foto-foto, mengabadikan kebersamaan saat masih berseragam putih-biru, putih-abu-abu dan masih culun tentunya 😀 Di Yogyakarta pula kota pertama yang saya dan mantan pacar jadikan tempat berlibur, mengabadikan sukacita setelah berbulan-bulan terpisah, dia yang menimba ilmu di Purwokerto dan saya yang bekerja di Jakarta. Tapi ah ya, Yogyakarta pula yang jadi saksi saat kali kedua kami, saya dan mantan pacar, kembali berlibur tapi ternyata harus jadi liburan bersama yang terakhir, karena setelahnya di bandara Adisucipto hubungan kami pun resmi berakhir 🙂 Yogyakarta, kota yang penuh kenangan, sukacita, bahagia, canda tawa, rasa haru, kesedihan sampai airmata pernah saya tinggalkan disana. Kota yang tidak akan pernah membuat saya bosan untuk datang lagi dan lagi, menorehkan cerita, lantas setiap kembali Yogyakarta dengan 'rasanya' akan menceritakan semua kenangan saya disana, membuat saya rindu, lagi dan lagi

    Yati Suryati
    [email protected]

  6. Ziadah Ziad

    Binongko adalah salah satu tempat yang meninggalkan kenangan yang indah. Saat itu aku sedang mengikuti program community developement dengan 34 pemuda Indonesia dan Australia. Di sini kami menyatu dengan masyarakat dan juga alamnya. Binongko adalah pulau terjauh yang terangkai dalam kabupaten Wakatobi.

    Aku ingat betul saat kapal kami merapat. Rumah-rumah panggung berdiri tegak di atas tebing kuning kecoklatan. Anak tangga alami terlihat seperti garis lengkung menuju laut yang tenang dengan degradasi warna dari bening, hijau toska, biru muda dan semakin gelap. Di permukaannya anak-anak berambut hitam kemerahan berkulit coklat mendayung perahu kayu kecil.

    Tim kami disambut oleh lantunan lagu khas dalam bahasa daerah yang tak kami mengerti. Namun itu tidak mengurangi keindahaannya sedikitpun. Kami dipersilahkan duduk di aula desa di mana ratusan warga desa sudah siap mendengarkan kampanye-kampanye yang berisi berbagai kegiatan menarik bertemakan lingkungan. Acara itu ditutup dengan "Clean Up Day" sambil mendengarkan music dangdut. Pesta sampah Binongko, begitulah tim kami menyebutnya.

    Setelah pesta sampah usai tentu saja tangan kami kotor, keringat mengucur dan bau badan menguap di udara. Kaki kami seakan tahu ke mana melangkah. Biru, itulah jawabannya. Dengan tidak sabar kami menuruni tangga-tangga tebing, membiarkan kulit kami menghirup segarnya air di tenangnya laut Binongko.

  7. Dessy Feriyanti

    Kali ini saya mau cerita tentang salah satu pengalaman membahagiakan bersama kakek dan nenek saya. Pernah terbayang buat jalan-jalan bersama sepasang lansia yang salah satunya berusia lebih dari tiga perempat abad? Mungkin sudah biasa kalau jalan- jalan ke pantai, ke taman, ke gunung, jalan santai sambil menikmati pemandangan. Tapi pernah terbayang untuk mengajak mereka menikmati permainan di salah satu tempat hiburan dengan wahana-wahana yang super keren buat anak muda? Yes, saya mengajak kakek dan nenek saya untuk bermain bersama saya di DUFAN alias Dunia Fantasi di Jakarta, hehe.. bermodal tiket pesawat promo dari Kota saya tercinta Pontianak. Saya memboyong sepasang kekasih yang sudah tidak muda lagi ini untuk naik pesawat pertama mereka menuju Ibu kota Negara Republik Indonesia.
    Lanjut, tujuan utama kami memang Dufan, kami berangkat pagi sekali karena tidak mau melewatkan 1 wahana pun. Bahkan kami tiba di dufan pada saat tempat hiburan tersebut belum membuka pintu masuk. Hahahhahha.. *SEMANGAT*. Sambil menunggu pintu dibuka saya membeli tiket masuk. Dan kami sangat beruntung karena saya tidak perlu membayar sepeser pun alias gratis tiket masuk untuk kakek dan nenek saya dengan menunjukkan KTP Lansia (KTP yang ga ada tanggal berakhirnya). Senangnya bukan main.
    Saya bisa menyaksikan rona bahagia kakek dan nenek yang sejak dari menginjakkan kaki di pesawat sampai sekarang tiba di dufan. Bahagia sekaliiii. Dalam hati saya, kami harus naik semua wahana di Dufan. Sempat ada sedikit ketakutan dan keraguan kalau melihat keadaan fisik dan usia kakek dan nenek saya yang jauh dari kata muda. Bahkan terbesit dipikiran saya, gimana kalau si kakek tiba- tiba pingsan setelah naik halilintar atau efek terburuknya …… ah sudahlah..Tapi ketakutan dan keraguan itu terhapus setelah kami berhasil menaiki halintar dengan lancar jaya. Terussss.. si kakek ngajak naik sekali lagi. Oalah ini saya yang kelabakan. Hahahha… berbeda dengan si kakek, si nenek menyatakan undur diri dari dunia permainan dan memilih untuk menonton kami saja. Hahha..
    Seharian saya dan kakek habiskan untuk naik semua wahana yang ada di Dunia Fantasi, mulai dari Halilintar, Kora-kora, Tornado, Ontang anting, Niagara, Bianglala, entah wahana apalagi saya pun sudah lupa. Sampai yang cupu banget, kami naik kuda-kudaan komedi putar…hahaha.. hari itu boleh dikatakan kami PUAS bermain di seluruh wahana di Dufan. Malahan saya ingat sekali ketika kami selesai naik wahana ekstrim yang ke enam saya pun jackpot alias muntah. Terus saya diejekin sama si kakek tapi demi harga diri anak muda saya lanjut kembali menemani sang kakek bermain.
    Akhirnya kami pulang tepat setelah parade akhir yang menandakan bahwa berakhir pula waktu bermain di Dufan karena saatnya Dufan tutup. Kami pulang dengan badan lelah namun tersamarkan oleh kebahagiaan yang membuncah di wajah kami.
    Sekarang si kakek sudah tidak mampu lagi untuk beraktifitas “segila” anak muda seperti saya lagi. Tapi setiap kami membahas kembali cerita liburan kami, ada senyum dan tawa yang sangat amat bahagia di wajahnya. Miss you my grandpa. *si kakek lagi pulang kampung*.

    Dessy Feriyanti
    [email protected]

  8. Anonymous

    Saya ingin bercerita tentang tempat memorable saya bersama bibi saya, yang sekarang sudah tenang di sisi-Nya 🙂
    Saya punya bibi, beliau sangat baik, murah hati, dan pintar memasak. Saking enaknya masakannya, kami tidak perlu repot-repot lagi kalau saat Lebaran atau ada yang nikahan bibiku ini yg akan selalu memasakkanya untuk kami.
    Beliau murah hati, iya, biarpun beliau bisa dikatakan orang yang tidak terlalu kaya tetapi segala apapun yang ia miliki pasti akan dibaginya ke orang lain.

    Waktu saya kecil, saat liburan tiba, bibi dan keluarganya senang mengajak saya pergi salah satu tempat yamg lumayan populer di Sumatera Barat. Air Terjun Lembah Anai. Anai terjun yang sangat indah favorit keluarga ini memang telah menjadi destinasi favorit juga untuk keluarga kami, dan saya tentu paling sering pergi kesini dengan bibi saya itu.

    Kegiatan favorit saya ya berenang dibawah tingginya air terjun tersebut, sementara bibi akan mengawasi kami saja dipinggiran sambil menyiapkan makanan yang telah dimasaknya dari rumah untuk kami makan setelah berenangg nanti.Bibi sangat baik hati, apapun yng kuminta disana akan dia belikan, (mengingat disana banyak sekali orang2 yg berjuln semacam mainan). Dan setelah itu semua kami berfoto bersama dengan latar air tejun Lembah Anai itu.

    Lembah Anai selalu menjadi wisata favorit kami sampai suatu hari bibi saya itu dinyatakan tunanetra. Saya tidak terlalu mengerti apa penyebabnya mengingat saya masih kecil saat itu tapi yang saya tahu itu disebabkan oleh kdar gula berlebih.. tetapi biarpun bibi sudah tak dapat melihat lagi bibi masih sama seperti dulu, baik, murah hati dan juga pintar memasak. Beliau masih membagi apapun yang dia punya, bibi masih suka membelikan apapun yang kuminta, bibi masih menjadi andalan kami saat lebaran dan nikahan. Tidak ada yang berubah dari bibi. Hanya saja, beliau tak pernah mwngajakku lagi ke Lembah Anai mengingat kondisinya yang seperti itu.

    Saya hanya bisa mengenang bibi dan tempat itu dalam foto-foto kami, sampai sekarang bibi tiada. Bibi. Saya ingin seperti bibi biarpun banyak cobaan tetapi bibi selalu tetap menjadi sesworang yang baik, murah hati dan pandai memasak :')

    Selamat ya bukunya , penasaran nih bukunya, semoga aku bisa dapet dan segera baca ^^
    Nama : Tifa Dwi
    Email : [email protected]

  9. Dila

    Dulu, ketika saya kecil saya tinggal di kota Medan. Brastagi merupakan kota wisata yang lumyan cukup dekat dgn Medan. Brastagi memang kota kecil tetapi dan mungkin biasa saja bagi beberapa orang tp bagi sy menyimpan banyak sekali kenangan dan pengalaman.
    mulai dari bersama keluarga saya. Waktu saya kecil saya sangat senang sekali jika ayah saya mengajak saya berlibur kesana. Walaupun sering sekali sy kesana tapi sy selalu senang.

    Saat itu, Brastagi merupakan tempat liburan favorit keluarga saya.
    Banyak kegiatan yg sering sy lakukan dgn keluarga sy disini. Berbelanja, berfoto-foto, naik delman dan favorit kami adalah berpiknik dibawah pohon rindang di lahan rumput yang sangat indah di Hotel Gundaling. Dari sana kami dapat melihat pemandangan Gunung Sinabung yang menjulang tinggi dengan indahnya. Kegiatan kami sangat sederhana, hanya sekedar menikmati makanan kami yang kami bawa dari rumah sambil menikmati panorama indah tersebut beserta semilir angin sepoi-sepoi yang membuai kami. Lalu setelah makan biasanya sy dan kakak-kakak sy berlari-lari disana mengitari padang rumput disana. Kami suka membuat taruhan, dgn lomba lari. Lari dari ujung bukit yang satu ke ujung bukit yang lainnya. Siapa yang menang maka harus duduk dibelakang ketika di mobil saat perjalanan pulang nanti ke Medan. Tentu saja sy tak mau duduk dibelakang. Namun sy selalu kalah. aku sudah tau pd akhirnya ya selalu aku yg duduk dibelakang tapi tak apa asalkan aku bs berlari bersama dgn mereka aku sdh sangat senang..
    Sederhana bukan kegiatan kami ? Tapi kenangan yang ditimbukan tdk lah sederhana. Jujur sy sangat rindu masa-masa seperti, saat keluargaku masih sering menghabiskan waktunya bersamaku. sangat indah masa kecilku.

    Tidak hanya kenangan bersama keluarga yg selalu kuuingat dri kota ini, kenangan bersama teman-temanku pun ada. dan hari itu dimana terkahir kalinya saya pergi ke Brastagi, yaitu ketika saya mengikuti acara camping saat kenaikan kelas dari sekolah saya. Saya tahu acara itu merupakan pertemuan terakhir saya dengan teman2 saya karena saat saya naik kelas nanti saya akan ikut ayah saya pindah ke Bandung. Karena itu saya bela-bela mengikuti acara ini biarpun saya sedang sakit sampai saya pusing sekali dan waktu itu hujan deras saya tetap datang karena saya ingin mengatakan Say Goodbye sy kepada mereka, teman-teman saya yg saya sayangi.
    Kami menyusuri hutan, mengrungi sungai, sampai saya digigiti pacet lalu saya kram sampai saya hampir tenggelam, untungnya teman saya segera melapor ke guru saya. Acaranya sangat seru sekali membuat saya semakin berat untuk meninggalkan mereka dan kota tercinta ini.
    Sampai saat dimana kami membuat lingkaran dan membuat tenda2, disana saya mengatakan saya harus pindah ke Bandung, lalu mereka menangis dan mengatakan pada sy untuk tdk pindah. Saya benar2 sedih saat itu, terlebih saat mereka mulai menyanyi lagu "Kenangan Terindah" nya Samson, disitulah saya mulai mengis, mereka menyanyikan lagu itu untuk sy, benar kalian merupakan kenangan terindahku ditempat ini.
    Brastagi kota kecil yg meninggalkan kenangan berharga yg sgt besar untuk memori kenangan sy. Maaf sy tidak pernah mninggalkan sesuatu yang berharga untuk Brastagi, selain kamera sy yang hilang saat sy menyusuri sungai ketika camping itu, hehe 🙂
    Tuhan semoga sy dpat pergi kesana lagi bersama orang2 yang. sy sayangi 🙂

    maaf saya malah curhat panjang2, selamat atas bukunya ya kak 🙂

    nama : Fadila TR
    email : [email protected]
    twitter : @fadilaalg

  10. basaruddin ritonga

    Sipirok, Kota kecilku

    Disebuah rumah papan di sipirok, sumatera utara
    Sedari kecil aku sudah terbiasa di bawa ke kota kecil itu, disana banyak keluarga dan teman yang menemaniku, dan disana ada nenek yang paling kusayang. masa kecilku ku habiskan disana, walau terkadang harus pulang lagi ke rumahku di padangsidimpuan. Kisah itu berakhir setelah nenek meninggal dunia, aku sangat menangis dan menyedihi kejadian itu. aku kehilangan nenek yang paling ku sayang. Semakin lama dan semakin lama aku mulai jarang ke sana, keluarga itu hancur berantakan.
    Semua saling bergaduh dan mementingkan diri sendiri, aku hanya bisa menyesali dan meratapi sebuah kenangan indah yang hancur begitu saja sebab kepergian nenek tersayang. Setiap pergi kesana, aku selalu teringatdan tak sengaja aku pasti meneteskan airmata karena rindu yang menyiksaku

    Nama : Basaruddin Ritonga
    Email : [email protected]
    Twitter: @basaruddinrtg

  11. Annisa

    email : [email protected]

    Taman Hutan Raya Dago Bandung mengingatkan ku pada masa ketika aku masih bersekolah dulu , ketika aku dan sahabat2 ku pergi kesana untuk liburan murah meriah. Kami berjalan dari Hutan Raya Dago nya sampai ke Air terjun Maribaya kurang lebih 8 km , dan pemandangan yang kami lihat hanyalah hutan, pohon, jurang dan belukar. Dan kami bemar-benar lelah mengingat jalanan yg dilewati hanyalah tanjakan saja. Yang paling seru adalah saat kami masuk kedalam gua Belanda yang sangat gelap sekali dan kami tidak bisa mwlihat apa-apa, ada temanku yang iseng, dia menakut takuti temanku yang penakut sampai temanku yg penakut itu berteriak dan membuat ricuh gua dan menarik siapa saja yang didekatnya membuat kami semua terjatuh layaknya domino. Bahkan temanku ada yang nyasar didalam gua tersebut karena panik mendengar dia berteriak dan membuat kita semua panik, akhirnya setelah meminjam senter dari penyewa senter kami dapat menemukannya yang baru saja menangis karena terjatuh saat mencari pintu keluar tersebut.

    Saat kami lapar kami berhenti disalah satu gubuk tua yang bentuknya seperti gubuk lesehan untuk makan. Gubuk tsb terletak di samping jurang yg dalam sekali. Ngeri memang tapi ya bagaimana wong kita lapar. Tetapi saat kami makan kami melihat dua orang bapak2 sedang membawa anjing yang sangat besar lalu dia seperti berkomat-kamit membaca mantra, kami tak tahu apa itu tetapi kami sangat takut, tapi syukurlah mereka hanya lewat saja dan kemudian pergi. Memang sih disini sering kudengar ttg kegiatan yg mistis.

    Akhirnya sampai lah pada destinasi terakhir kami yaitu Air terjun Maribaya. Kami sangat senang dan puas sekali karena akhirnya kami berhasik sampai ke tujuan utama kami. Aku dan teman2ku pun bermain-main air sambil berpiknik. Dan saaat sore tiba kami melihat matahari tenggelam dari sini yang sangat indah sekali.

    Sungguh liburan yang menyenangkan dan tempat ini benar-benar selalu aku kenang setiap saya pergi kesana karena liburan itu adalah liburan terakhirku bersama salah satu sahabatku yang sekarang telah tiada karena penyakit pneumonia nya. Sampai sekarang aku masih ingat betul candaannya, tawanya, gayanya. Itu adalah kenangan terkahir dan terindahku ttg sahabatku itu. Selamat jalan sahabat, aku selalu merindukanmu :')

    wah sy mepet bgt ya nulis ceritanya, smoga sy bs menang walaupun tlat, trima kasih mba 😀

  12. poetreey

    Keboo, yeah that’s her name. I named it accidentally, because she called me Kambing. I dunno why she called me with that such a name. But i love it though :p
    Okay, jadi last November i went to a beautiful island called Bali, it was so awesome, because sebenarnya saya dapat tiket gratis, ahay 😀
    Saya di Bali lumayan lama juga sih if saya boleh mengatakannya sebuah Holiday, lamanya about 25 days. Saya dapat banyak teman disana, jalan-jalan ke tempat wisata yang kece badai, yang lagi-lagi it’s FREE. Hanya saja jika membeli oleh-oleh harus dengan terpaksa saya merogoh kocek saya sendiri yang saya perhitungkan more expensive dari kota dimana saya dilahirkan, yaitu Jambi. Well, suatu hari saya jalan-jalan dengan si Keboo ke “Ubud”, berdua, ya hanya berdua, saya pastinya bukan orang asli Bali ataupun tahu menahu tentang jalanan di Bali, and guess what? She’s not from Bali juga, she’s from Jakarta! Well just FYI.
    Dengan menyewa satu sepeda motor matic, dan yang paling pasti tidak bisa saya lupakan adalah dengan modal ‘nekad’, kenapa saya bilang nekad? Karena sekali lagi kami berdua tidak tahu menahu bagaimana caranya mencapai Ubud, tidak tahu jalan intinya. Kemudian, setelah menempuh perjalanan sekitar kurang lebih 2 jam, kami pun sampai di Ubud, menikmati indahnya malam di keramaian jalanan Ubud, kebetulan sampai di sana jam 19.00 WITA nih guys, apa yang kami lakukan? Melakukan pemotretan ala-ala model tidak super profesional lah di tugu bertuliskan kantor lurah Ubud atau semacamnya lah, berfoto dimanapun yang kami inginkan disekitar daerah nan famous itu, biar kelihatan udah pernah hinggap (dih, hinggap, bahasa gue) atau mampir di tempat yang terkenal ‘aslinya’ (read : tradisionalnya) Bali bagi tourists asing tersebut. Waktu pun berlalu dan kami berdua merasakan rasa haus yang berlebihan pada diri ini, jadi kami memutuskan untuk hinggap lagi ke salah satu tempat minum kopi yang katakanlah di Jambi belum ada dan memang in reality belum ada, yaitu “Starbucks”, okay.., tanpa banyak mikir panjang lagi saya dan si Keboo langsung memesan 1 cup of kopi and 1 brownies kecil yang super ‘ngenyangin’ perut saya (seriusan ini mah).
    Ceritanya my watch sudah menunjukkan pukul 20.00 WITA, jadi saya dan teman saya memutuskan untuk pulang kerumah Host Family kami di Kab. Karangasem. Dalam perjalanan menuju rumah, kami bermandikan air hujan yang lumayan deras, basah kuyuplah kami, yang sangat membuat kami menggigil kedinginan. Baiklah, lupakan tentang hujan, basah, dan kedinginan, ‘cuz ada yang lebih penting dan menyesakkan dada, huft.
    Kami TERSESAT!!!
    Yeah, tersesat di – ketidaktahuan kami akan jalanan di pulau yang nan tersohor ini. Selanjutnya, panik pun melanda karena menyadari bahwa perjalanan menuju rumah kami masih sangat panjang dan gelap mencekam serta yang pastinya adalah perjalanan menuju kesana sangatlah sepi, alias benar-benar tidak ada orang berkeliaran diluar rumah setelah petang tiba, maka saya sebagai pengendara pun langsung tancap gas secepat yang saya bisa sembari sebentar-bentar berhenti untuk bertanya kepada seseorang yang ada di pinggir jalan (ceritanya ini masih di sekitar Ubud dan Kab. Klungkung, jadi masih rame gitu karena suasananya kota gitu guys , tapi kalau sudah memasuki perbatasan kabupaten maka sepilah jalanan, apalagi ketika memasuki kabupaten dimana saya menginap, uhh.., jangan harap deh ada manusia seliweran, seriusan deh, oke, kita lanjutin yah ceritanya ^_^ ) jadi setelah sekitar 1 jam tersesat, maka bersyukurlah pada Tuhan karena jalan yang kami tempuh telah kembali ke jalan yang benar, hehehe
    Sekitar pukul 11 malam, kami pun tiba dirumah, dengan keletihan atas diri ini, sungguh tepar rasanya, but it’s worth it tho’. Yah begitulah cerita singkat dari perjalanan saya di Bali yang takkan pernah saya lupakan.

    Poetreey
    [email protected]

  13. Dessy Susanti

    'Dipaksa' menikah di Afrika

    The Gambia, bagi sebagian besar orang bukanlah negara populer. Bahkan mayoritas masyarakat pasti akan menjawab “Tidak Tahu”, jika ditanya tentang keberadaan negara ini. The Gambia adalah negara yang berada di sebelah barat benua Afrika. Walaupun Negara ini termasuk salah satu Negara terkecil di dunia, tetapi di Negara ini juga saya memiliki sejuta kenangan manis bersama pasangan hidup saya.

    Pertemuan saya dengan suami memang tidak pernah disangka-sangka. Suami saya memiliki darah campuran Amerika Serikat, Afrika, dan Arab-Maroko. Dia bermukim di Amerika. Sedangkan saya hanya memiliki campuran darah merah dan darah putih serta bermukim di kampung kecil yg jauh di pelosok Indonesia. LOL

    Kami menikah dihadapan pak penghulu pada tahun 2011 yang lalu. Namun, sampai detik ini saya belum bisa tinggal bersama dengan suami karena masalah pekerjaan saya di Cina dan karena proses immigrasi yang panjang.

    Tahun 2013, dengan modal nekat dan sedikit bahasa inggris, saya terbang sendirian dari Hong Kong International Airport ke beberapa Negara di Africa seperti Maroko, Senegal & The Gambia hanya untuk menemui semua keluarga suami. Ternyata kenekatan saya ini berbuah manis dan pahit. Berbuah pahit karena tak jarang saya bertengkar dengan petugas imigrasi di perbatasan, DIRAMPOK, bahkan sampai kepanasan (suhu pada saat itu mencapai 42 derajat celcius) dan kelelahan krn harus melakukan perjalanan DARAT selama 2 hari dan 2 malam. Berbuah manis karena setelah 1 bulan di Afrika suami saya menyusul saya kesana dan menghabiskan quality time berdua.

    Tanpa diduga disaat yang bersamaan, keluarga suami telah menyiapkan pesta kejutan untuk kami berdua. Mereka akan menggelar Upacara adat dan Wedding ceremony untuk kami berdua. Saya benar-benar kaget dan tidak habis pikir, bagaimana bisa mereka menyiapkan pesta ini dengan waktu yang singkat, dan tentunya saya tidak boleh menolak. Singkat cerita kami menikah kembali dengan adat Afrika di hadapan orang-orang sekampung. Acaranya selama 2 hari 2 malam. Sungguh, ternyata perbedaan itu sangat indah.

    Setelah Ceremony, kami diminta untuk menghabiskan waktu beduaan di sebuah rumah khas afrika, berbentuk bulat dan beratapkan jerami. Tujuannya supaya saya cepat diberikan momongan. Namun fantasi berduaan dirumah unik tersebut hilang setelah anak-anak sekampung mendadak datang . Semakin kami usir jumlah mereka malah semakin banyak, Membelah kali ya?? *emangya amoeba,membelah!!! . Wkkwkwwkk Maklum, bagi mereka kedatangan wanita ASIA seperti saya adalah kejadian LANGKA di kampung.

    Dari pada kami pusing lebih baik kami pura2 gak tau saja dgn kehadiran mereka. Disana kami TIDAK BISA NGAPA-NGAPAIN, hanya bisa duduk, ngemil, ngobrol. Lagian disana TIDAK ADA LISTRIK APALAGI INTERNET. *boring
    Mereka baru pulang setelah lewat jam 10 malam, kami yang sudah kelelahan dgn ceremony lansung tertidur pulas dan tidak bergerak sampai keesokan hari nya. *apesss

    Seminggu setelah itu suami saya balik ke AS dan saya melanjukan perjalanan kembali ke Cina, ditempat saya bermukim pada saat itu.

    Untuk itulah Gambia, Afrika Barat adalah Negara yang tidak akan pernah saya lupakan seumur hidup saya. Terutama dengan keramahan warga desa yang membuat saya tidak kapok untuk datang kembali.

    Susan
    email: [email protected]

  14. Lenny Lim

    Terima kasih partisipasinya teman teman. Ceritanya bagus2 sayang saya hanya dapat memilih tiga orang dan mengecewakan yang lainnya. Maafkan yah 🙁

Leave a Reply