Aku ngerasa, semakin tua, aku semakin bisa lebih menikmati sejarah, masa lalu, kenanganmu dan cerita-cerita lampau. Entah yah… mungkin itulah sebabnya aku suka susah move on juga. Padahal dulu zaman sekolah, ada mata pelajaran sejarah, bawaannya nguap mulu. Belum lagi dicekoki begitu banyak hapalan mulai dari tanggal kejadian hingga nama pahlawan. Tapi meski gitu-gitu aku masih ingat kok ada diajarin yang namanya menhir, dolmen, arca dan berbagai istilah asing zaman baheula.Β Tak kusangka di trip ke Nias kali ini, barulah aku bisa ngeh dan melihat langsung situs bersejarah yang dulunya cuma nonggol di buku pelajaran hitam putih buram. Bertolak dari Gunungsitoli, sekitar dua jam kami berkendara untuk bisa tiba di salah satu situs, yakni Situs Megalitik Hiligoe di Nias Barat. Sebenarnya cukup banyak situs-situs yang tersebar di Nias, namun ini dipilih salah satunya karena ada batu megalitik yang terhitung cukup besar dan dengan pahatan yang menawan
Ok sip….
Ketika udah dekat Hiligoe, mobil Elf kami parkirkan di depan sebuah jalan. Setelah itu, kami trekking santai masuk hutan melewati jalan tanah berbatu sekitar 10 menit. Begitu tiba, yang kelihatan adalah sebuah rumah adat panggung berbentuk oval yang terbuat dari kayu. Rumah khas ini dapat ditemukan juga di daerah Nias Utara yang lain. Nah di depannya (fyi kami masuk dari belakang), barulah ada deretan batu megalitik yang menghadap ke sungai di bawah sana.
Sebuah patung yang berdiri sendiri sungguh menarik perhatianku. Dari wajahnya aku bisa lihat ini patung pria. Makin kuyakin ketika melihat ke bawah dan menjumpai penis yang sedang ereksi atau menghadap ke atas. Bang Aktivitas (dari Dinas Pariwisata & Kebudayaan Nias Barat) dan Bang Yafa (Go Nias Tour) pun lantas menjelaskan sedikit banyak tentang batu megalitik Hiligoe ini.
Aku berasanya langsung kayak dejavu pas mereka ngomong. Rasanya ingatanku dilempar ke masa lalu di ruang kelas sekolah. Lalu bayangan ibu guru sejarah yang galak muncul seakan ingin noyor kepala ku sambil bilang “Makanya dengerin ibuk kalo ngomong, jangan tidok bae kerjo kau tuh.”
Batu Megalitik setinggi kurang lebih 2,5 meter ini dibangun pada tahun 1778 sesuai dari angka yang terpahat di batu di sampingnya yang mulai kabur termakan waktu. Batu megalitik Hiligoe ini menandakan gelar bangsawan dari si pemilik rumah. Batu yang dipakai diperkirakan berasal dari batu sungai yang ada di bawah sana. Bagaimana cara mereka dapat mengangkutnya ke atas begini, masih terkubur sebagai misteri. Pastinya ada beberapa isu-isu mereka pake mejik-mejik mengingat itu sungai ke atas rumah ini tinggi banget. Emang orang Nias biasa bikin rumahnya yang jauh di atas daratan/bukit biar kalau ada musuh, bisa mudah dilihat. Selain itu, juga buat menghindari banjir. Makanya dibikin dengan kolong tinggi juga biar kalau amit-amit tetap banjir, airnya bisa lewat dengan lewat di bawahnya, tanpa merusak si bangunan inti rumah.
Balik lagi ke soal si patung… kemungkinan besar nama si empu bangsawan pemilik si rumah adalah Hiligoe jadi batunya dan situsnya pun diberi nama demikian. Semakin tinggi tingkat kasta bangsawan tersebut, maka semakin kompleks (dan tentunya indah) pahatan yang ada di batu ini. Kan artinya dia bisa bayar mahal tukang pahat gitu… bukan minta harga temen lalu si pemahat KZL dan dibuat sembarangan doang. Untuk seni pahatan, Nias Barat termasuk yang terbaik dibanding daerah lainnya. Yang lain di Nias, tetap ada batu megalitik tapi pahatannya tak serumit dan seindah yang di sini. Kadang malah cuma dipahat sekenanya gitu jadi gak kelihatan ini patung bentuknya apaan.
Pada batu megalitikum itu tersebut ada sebuah gelang di leher, yang menandakan orang Nias dulu emang pakai begitu karena pada zaman dulu masih sering terjadi perang suku. Terus kalau kalah, kemungkinan si musuh bakal menebas kepalanya, jadi untuk menghindari itu, dipakailah kalung kuat itu, sehingga mudah-mudahan mantul deh pedangnya sehingga gak kepotong lehernya. Tebasnya pun bukan leher doang, tapi dari leher ke ketek, sehingga satu tangan akan putus gitu. Kenapa ribet banget motongnya? karena katanya kalau ditebas satu tangan, nanti si musuh membawa kepalanya lebih mudah karena tinggal pegang tangannya gitchu. Bingung? nih liat dulu contoh yang diperagakan oleh model berikut ini.
Turun ke bawah, nah marilah kita bahas soal alat kelamin pria yang sedang berdiri itu. Ini kan yang kalian mau??? Jawab yang jujur!!
Penis yang sedang ereksi mewakili karakter bangsawan yang maskulin dan bisa memberikan keturunan bagi keluarganya. Penis berdiri juga tandanya mereka punya anak cowok. Katanya ada juga yang penisnya ke bawah, artinya gak punya anak cowok. Tapi aku belum pernah lihat sih. Keknya pria-pria pasti lebih senang ditampilkan ketika penisnya berdiri yah.
Sayangnya untuk wanita, pada zaman dulu belum terlalu dipandang jadi tidak ada batu yang bentuknya perempuan atau ukiran alat kelamin wanita. Palingan yang ada itu ukiran payudara wanita di rumah-rumah adat yang melambagkan kesuburan. Persis kayak ukiran di rumah adat Batak yang kulihat pas di Pulau Samosir.
Selain batu itu, di sampingnya, tepat di depan rumah, masih berjejer lagi banyak batu lainnya. Hanya saja pahatannya lebih sederhana.
Sebenarnya kalau mau liat batu-batu unik ini, kadangkala kalau lagi mujur, bisa loh nemu di rumah biasa atau rumah adat lain. Nih salah satunya aku temuin di pelosok Nias Barat lain. Posisinya jejeran ama kuburan yang biasanya tepat di samping rumah orang Nias.
**
Bagi yang gak mau repot-repot dua jaman lebih naik mobil ke Hiligoe – Nias Barat, bisa juga liat koleksi batu megalit yang ada di Museum Nias yang ada di Gunungsitoli. Nah koleksi ini adanya di ruang terakhir dan ditata super kece. Sekilas kayak pameran di luar negeri. Arsitektur dan penjelasannya juga mantap pula. Gak heran sih pas dibilang museum ini merupakan salah satu museum terbaik yang ada di Indonesia pada tahun 2014. Tapi perlu diingat yah Museum Nias ini milik swasta (yang bikin Pastor Jerman yang fasih bahasa Nias) dan merupakan satu-satunya museum yang ada di Nias ini. Fasilitasnya lengkap bahkan ada guesthouse bentuk rumah adat juga. Mana letaknya samping pantai jadi juga sekaligus tempat berburu sunrise. Recommended banget dah!
Di sini juga aku terkaget-kaget pas tau kalau ternyata batu megalitikum ini aslinya putihhhhh banget. Kalau yang aku temui depan rumah atau di situs Hiligoe itu, yah karena kena panas matahari, hujan, lumut, dicolek-colek tangan jahil manusia, jadilah warnanya hitem butek gitu. Duh padahal aslinya macam marmer gini loh guys.
Jangan lupa tonton video perjalananku selama di Nias ini yah :
**
****
Belanja baju keren & murah di shopee ini yah.
****
NEXT : Nginap di hutan untuk ketemu Orang Rimba
NEXT : Sedot eek kuping penyebab telinga berdenging
NEXT : Facial di Erha
itu guidenya namanya Aktifitas yah π Hiligoe ini aku jadi ingat nama daerah di Padang deh, jadi dari sini yak asal usul kampung Hilligo di Padang π
patung Nias ini aku pernah liat di museum sumut di medan sama museum nasional di jakarta, ah…kapan2 ke Nias kayaknya bakal aku agendain ke Hilligo sama museum Nias deh π
di jambi juga banyak menhir sama monolit lho kak, tepatnya di kerinci π
betul kerinci ada tapi kalo tingkat seni dan pahatan serta gedenya, masih Nias juaranya yang kuliat.
ho oh namanya mang aktifitas lucu yah.
Iyah, kirain cuma orang batak sama karo aja yg namanya lucu2… nama orang Nias pun lucu juga hahaha…
Yups. kalo menhir di kerinci lebih kecil dan lebih simpel, dan ga ada ukiran kelaminnya wkwkwkw
iya mungkin jarang denger bahasa nias jadi keknya unik aja apapun nama atau yang keluar dari mulut mereka heeh