Rumah Kubus Belanda

Rotterdam. Kota kedua terbesar di Belanda ini dulunya pernah rata dengan tanah sewaktu perang dunia ke dua. Untuk bangkit, warga Belanda memutuskan membangun kembali Rotterdam namun tidak mengikuti konsep kota yang dulu namun memilih mendirikannya dengan gaya futuristik dan modern. Hasil kerja keras dan kreatif inilah yang menjadikan Rotterdam mempunyai sebuah bangunan ikonik yang mendunia yakni Rumah Kubus.

Rumah Kubus atau kubik ini tercipta dari tangan dingin Piet Blom yang mengilustrasikan rumah kubus ini sebagai pohon dan gabungan keseluruhan 38 rumah kubus ini ibarat hutan dalam kota. Diharapkan dengan hadirnya rumah kubus ini, orang-orang yang tinggal di dalamnya akan merasakan kenyamanan. Agak aneh emang karena pas pertama kali liatnya yang kepikir olehku adalah “Emang yang di dalem gak pusing atau miring-miring gitu yah berdirinya?”

Nganu soalnya Rumah Kubus atau Kijk-Kubus ini diputar 45 derajat. Iya sih itu gimmick aja karena dalemnya mah lurus biasa cuma kadang kan kebawa sugesti gitu hahha. Rumah Kubus ini beneran dipake untuk kehidupan sehari-hari loh. Beneran yang rumah orang, kantor, toko dan bahkan ada hotel juga. Kalau penasaran sih, bolehlah sekalian mengunjungi  Museum Kijk-Kubus yang buka mulai pukul 11.00 hingga 17.00 setiap hari. Hanya ada satu rumah yang didedikasikan untuk museum dan dapat dikunjungi oleh umum sehingga ngantrinya lumayan panjang. Tampak pula barisan anak anak sekolah yang sedang study tour sangat excited ingin masuk ke museum itu.

Sayangnya pas itu aku gak sempat dan males berebut ngantri jadi aku lebih suka membiarkan imajinasiku aja yang berkeliaran dalam rumah itu. Kayakya sih dalamnya mungkin biasa aja cuma butuh kreativitas lebih soal tata ruang karena pasti furnitur biasa gak sesuai dengan bentuk ruangan yang spektakuler itu.

Nah kalau di samping rumah kubus, ada juga apartemen yang bentuknya kayak pensil gitu. Mungkin dulu pendirinya doyan pelajaran MTK sehingga tugas gambar bangun ruang ini beneran dibawa sampai ke dunia asli.

Tak jauh dari Rumah Kubus, aku mampir juga ke Markhtal. Tempat ini adalah pasar umum sekaligus hunian apartemen. Bangunan berbentuk huruf U terbalik dengan desain keseluruhan menggunakan kaca ini juga jadi objek wisata. Apalagi lokasinya tepat berada di pusat kota Rotterdam.

Ketika kaca pintu terbuka, udara sejuk pendingin ruangan langsung menyelimutiku. Aku pun langsung mendongak ke atas untuk melihat mural yang berwarna-warni kontras dengan Markthal yang berwarna abu-abu. Mural yang menggambarkan bunga-bunga, buah-buahan, sayur-sayuran ini terdiri dari 4.500 artwork panel yang diberi judul “The Horn of Plenty”.

Markhtal atau yang disebut juga Market Hall ini tingginya 40 meter dan merupakan pasar indoor terbesar yang ada di Belanda yang di dalamnya terdiri dari berbagai pedagang yang diperkirakan berjumlah 100 vendor yang menjajakan barang-barang kebutuhan sehari-hari, namun dengan cara yang elegan dan pastinya bersih banget. Gak mungkin ada emak-emak teriak-teriak nawarin cabe atau lantai becek atau sampai harus nutup hidung mencium bau busuk Ikan Harring.

Bangunan yang dibuka pada 1 Oktober 2014 ini merupakan proyek berkesinambungan di mana diharapkan memudahkan penghuninya untuk bekerja dan beraktifitas tak jauh dari tempat tinggalnya. Dengan luas 100.000m2, Markhtal menyediakan 228 ruang Apartment serta bisa menampung hingga 1.200 tempat parkir tanpa pungutan biaya. Proyek yang menelan budget sebesar 175 juta euro ini juga mengindahkan aturan Belanda agar sebisa mungkin menjalankan go-green denggan menggunakan cahaya alama dari matahari untuk meminimalisir penggunaan lampu. Terbukti dari penataan ruangan, tempat ini selalu tampak terang benderang dan ketika malam hari, Markhtal bersinar layaknya sebuah lukisan raksasa yang menerangi sekelilingnya.

**

****

Belanja baju keren & murah di shopee ini yah. 

****

NEXT : Kalau hidung mampet / pas covid ga bisa nyium bau, coba pake sterimar nasal spray.

NEXT : Sedot eek kuping penyebab telinga berdenging

NEXT : Facial di Erha

NEXT : Nginap di hutan demi ketemu Orang Rimba